ARTICLE AD BOX
Hal ini disampaikan Gubernur Bali kelahiran Desa Sembiran, Tejakula, Buleleng tersebut saat menyampaikan arahan dalam Rakor Percepatan Pelaksanaan Program Pembangunan Bali 2025-2030 di Gedung Wiswa Sabha Utama, Kantor Gubernur Bali, Niti Mandala, Denpasar, Jumat (11/4/2025).
“Akan dilakukan perubahan jam kantor. Jam mulai pegawai dan anak sekolah dibedakan. Jadi, sekolah lebih pagi, yang pegawai lebih siang dikit,” ungkap Koster
Gubernur menilai, jam kerja dan sekolah yang cenderung bersamaan menciptakan kepadatan arus lalu lintas kendaraan atau rush hour saat jam-jam berangkat. Walhasil, kemacetan terjadi dan sukar dilakukan penguraian oleh aparat.
Koster berpendapat, membedakan jam berangkat kantor dan sekolah ini bisa menjadi alternatif mencegah rush hour. Di samping itu, tetap melakukan upaya-upaya rekayasa lalu lintas di titik-titik yang sudah terdeteksi kerap terjadi rush hour.
“Supaya enggak barengan berangkatnya anak-anak dan pegawai. Diatur jamnya supaya arus lalu lintasnya bisa dikendalikan,” tegas Koster.
Solusi jangka pendek ini menjadi salah satu alternatif yang ditawarkan dalam Program Super Prioritas dan Mendesak di bidang kemacetan. Nantinya, solusi lain akan digodok Tim Percepatan Penangan Kemacetan yang dikoordinir Dinas Perhubungan Provinsi Bali.
Sebelum menerapkan kebijakan ini, Koster meminta Tim Percepatan untuk memetakan titik-titik rush hour di Bali. Kemudian, menganalisis dan mengimplementasikan solusi yang cocok untuk mengatasi kepadatan kendaraan di titik-titik yang ada.
“Di Jakarta, hal itu bisa dilakukan dengan baik. Kita Bali, saya kira, mestinya bisa lebih baik lagi,” tandas Koster. *rat
“Akan dilakukan perubahan jam kantor. Jam mulai pegawai dan anak sekolah dibedakan. Jadi, sekolah lebih pagi, yang pegawai lebih siang dikit,” ungkap Koster
Gubernur menilai, jam kerja dan sekolah yang cenderung bersamaan menciptakan kepadatan arus lalu lintas kendaraan atau rush hour saat jam-jam berangkat. Walhasil, kemacetan terjadi dan sukar dilakukan penguraian oleh aparat.
Koster berpendapat, membedakan jam berangkat kantor dan sekolah ini bisa menjadi alternatif mencegah rush hour. Di samping itu, tetap melakukan upaya-upaya rekayasa lalu lintas di titik-titik yang sudah terdeteksi kerap terjadi rush hour.
“Supaya enggak barengan berangkatnya anak-anak dan pegawai. Diatur jamnya supaya arus lalu lintasnya bisa dikendalikan,” tegas Koster.
Solusi jangka pendek ini menjadi salah satu alternatif yang ditawarkan dalam Program Super Prioritas dan Mendesak di bidang kemacetan. Nantinya, solusi lain akan digodok Tim Percepatan Penangan Kemacetan yang dikoordinir Dinas Perhubungan Provinsi Bali.
Sebelum menerapkan kebijakan ini, Koster meminta Tim Percepatan untuk memetakan titik-titik rush hour di Bali. Kemudian, menganalisis dan mengimplementasikan solusi yang cocok untuk mengatasi kepadatan kendaraan di titik-titik yang ada.
“Di Jakarta, hal itu bisa dilakukan dengan baik. Kita Bali, saya kira, mestinya bisa lebih baik lagi,” tandas Koster. *rat