Bali Jadi Percontohan Nasional Kelola Sampah karena Alami Kedaruratan

2 days ago 5
ARTICLE AD BOX
Jumat (11/4/2025) malam di Panggung Terbuka Ardha Candra, Taman Budaya Bali (Art Centre), Denpasar, program Gerakan Bali Bersih Sampah yang diinisiasi Pemerintah Provinsi Bali diluncurkan langsung Menteri LH Hanif Faisol Nurofiq.

Di dalam acara tersebut, Hanif pun ingin menjadikan Bali daerah percontohan penyelesaian persoalan sampah RI. Alasan utama Bali dijadikan percontohan yang disampaikannya adalah kesiapan produk hukum di Pulau Dewata yang mendukung penyelesaian masalah sampah.

Di sisi lain, Plt Kepala Bidang Wilayah Bali Pusat Pengendalian Lingkungan Hidup (PPLH) Bali dan Nusa Tenggara KLH Cok Istri Muter Handayani menuturkan beberapa alasan lain Bali menjadi percontohan nasional penyelesaian sampah.

Alasan lain tersebut dilatarbelakangi kedaruratan persoalan sampah di Pulau Dewata. Dalam konteks ini, Bali dinilai memenuhi syarat sebagai provinsi yang sedang mengalami kedaruratan masalah sampah.

“Daerah tersebut memiliki volume timbulan sampah lebih dari 1.000 ton per hari dan Bali masuk kriteria ini,” ungkap Cok Muter saat jadi pembicara di diskusi Nyampaht(alk) serangkaian HUT Ke-16 Komunitas Malu Dong Buang Sampah Sembarangan di Denpasar, Rabu (16/4/2025).

Menyinggung kriteria ini, Bali sendiri menghasilkan lebih dari 3.000 ton sampah per hari. Timbulan sampah raksasa di Pulau Dewata ini menjadi perhatian serius Pemerintah Pusat.

Sebab, sesuai kriteria berikutnya, status Bali sebagai kawasan pariwisata mendapat sorotan tajam Jakarta perihal kualitas pengelolaan sampah. Sebagai kawasan penting RI dan dengan timbulan sampah jumbo, upaya penyelesaian persoalan sampah di Bali akan diawasi seksama.

“Kemudian kriteria berikutnya, daerah tersebut boleh dikatakan mengalami darurat sampah,” beber Cok Muter.

Cok Muter memang tidak mengelaborasi istilah ‘darurat sampah’ tersebut, namun komunitas lingkungan seperti Malu Dong tidak ragu mengatakan bahwa Bali sendang darurat sampah. Hal ini diungkapkan sang pendiri komunitas Komang ‘Bemo’ Sudiarta.

“Kendalanya ada dari hulu sampai hilir. Manusianya tidak teredukasi dengan baik, kepeduliannya tidak ada, dan pemrosesan hilirnya tidak ada, ya babak belur. Saya sebenarnya menunggu bencana saja ini,” tegas Mang Bemo.

Mang Bemo berpendapat bahwa potensi Bali terkubur sampah bukan isapan jempol belaka ketika sampah tidak terproses di hilir. Sampah hanya dipindahkan dari sumbernya untuk dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). *rat
Read Entire Article