BPS Bali Lihat Tarif Trump Bisa Berpengaruh ke Ekspor Ikan

1 week ago 1
ARTICLE AD BOX
“Tentu berpengaruh, tapi seberapa besar pengaruhnya kita lihat, karena pemerintah kan masih berusaha mengantisipasi, kalau antisipasinya berhasil ya mungkin pengaruhnya tidak terlalu besar,” kata Kepala BPS Bali Agus Gede Hendrayana Hermawan, di Denpasar, Selasa (8/4).

Hingga saat ini sendiri, komoditas ikan, krustasea, dan moluska (HS 03) menjadi penyumbang ekspor tertinggi dari Bali dengan tujuan tertinggi pula ke Amerika Serikat.

Menurut Agus Gede tak hanya Bali yang akan merasakan dampaknya, namun seluruh komoditas yang rutin dijual ke negeri Paman Sam, sehingga BPS melihat perlu penjajakan pasar lain.

“Jadi kalau misalnya terkendala di satu pasar kita harus punya beberapa alternatif lah, perluasan pasar, sebenarnya tidak ada kasus begini pun (ada kebijakan tarif Trump) perluasan pasar itu kan menjadi hal yang penting,” ujarnya.

“Ini untuk salah satu pemicu peningkatan produksi maupun nilai tambah, jadi kalau pasarnya makin luas ya tentu ekonominya akan mungkin berkembang, dengan ini ya bisa dibuat pasar-pasar baru lebih bagus,” sambung Agus Gede.

Ekspor ke Amerika Serikat selalu menempati posisi pertama pada setiap penelitian BPS Bali. Namun belum diterapkannya tarif Trump ekspor pada Februari 2025 sudah mengalami penurunan.

Agus Gede menyebut ekspor Bali sepanjang Februari 2025 lalu 52,22 juta dolar AS dengan lima besar negara tujuan utama Amerika Serikat dengan nilai 15,48 juta dolar AS, dimana jumlah ini turun 8,10 persen dari ekspor ke negara tersebut pada Januari 2025.

Negara tujuan lainnya yang turut memberi andil bagi komoditas asal Bali adalah Tiongkok dengan nilai ekspor 8,17 juta dolar AS, lalu Australia 4,50 juta dolar AS, Prancis 2,9 juta dolar AS, dan Jepang 1,63 juta dolar AS.

Untuk komoditas yang diekspor Bali selama Februari 2025 didominasi oleh ikan, krustasea, dan moluska 14,64 juta dolar AS; disusul pakaian dan aksesorisnya 5,85 juta dolar AS; logam mulia dan perhiasan 5,23 juta dolar AS; kertas, karton, dan barang daripadanya 3,78 juta dolar AS; dan perabotan, lampu, dan alat penerangan 3,11 juta dolar AS.

Sementara itu, BPS Bali mencatat inflasi di Provinsi Bali sepanjang Maret 2025 secara bulan ke bulan sebesar 1,61 persen.

Agus Gede mengatakan ada dampak hari raya sehingga Maret kemarin menjadi inflasi pertama Bali sepanjang 2025.

Bahkan, dibanding nasional inflasi Bali lebih dalam, lantaran ada dua hari raya besar yaitu Nyepi dan Idul Fitri.
“Untuk Maret 2025 Bali mencatatkan angka inflasi sebesar 1,61 persen dan dengan kata lain secara umum harga-harga di Bali mengalami peningkatan sebesar 1,61 persen, sementara secara tahunan inflasi 1,89 persen,” kata dia.

“Kalau bicara kenaikan harga pasti kan hari raya ada peningkatan permintaan dan itu bisa mempengaruhi ketersediaan barang. Jadi semakin tinggi permintaan biasanya pasti berpengaruh terhadap pergerakan harga,” sambung Agus Gede.

BPS Bali melihat komoditas utama penyumbang inflasi Maret 2025 adalah tarif listrik yang sebesar 1,19 persen, disusul cabai rawit 0,28 persen, bawang merah 0,09 persen, beras 0,05 persen, air kemasan 0,03 persen, sigaret putih mesin 0,02 persen, angkutan antarkota 0,02 persen, dan emas perhiasan 0,01 persen.

Sesuai dengan kondisi hari raya, Agus Gede menyebut kelompok makanan dominan mengalami kenaikan disusul transportasi dan kebutuhan terkait hari raya.

Sementara untuk tarif listrik, BPS Bali mengingatkan bahwa bulan-bulan sebelumnya PLN memberikan diskon tarif untuk konsumen pascabayar.

Ada pemberian diskon tarif listrik 50 persen kepada pelanggan rumah tangga dengan daya 450 VA, 900 VA, 1.300 VA, dan 2.200 VA selama dua bulan yaitu Januari dan Februari 2025, sehingga ada pergerakan pada tarif di bulan Maret ketika diskonnya berakhir.

“Kemarin diskonnya itu besar sampai dengan 50 persen tentu dia akan memberi pengaruh yang besar pada pergerakan harga, baik itu kenaikan maupun penurunannya. Ketika dia mengalami diskon, dia akan turun, kemudian pasca-diskon, dia harga normal, kan pasti akan terlihat naik,” ujar Agus Gede.

Meski mulai mengalami inflasi, Agus Gede melihat angka ini masih relatif terjaga dan mewajarkan hari raya.

Di daerah yang menjadi cakupan IHK, Agus Gede menemukan secara bulan ke bulan inflasi tertinggi tercatat di Singaraja sebesar 1,71 persen sedangkan inflasi terendah tercatat di Kabupaten Badung sebesar 1,45 persen. 7 ant
Read Entire Article