ARTICLE AD BOX
MANGUPURA, NusaBali
Batu kapur berserakan di Jalan Lingkar Selatan (JLS) yang menghubungkan kawasan Sawangan dan Kutuh. Akibatnya sejak Jumat (11/4) pagi, kendaraan jadi terhambat kala melintas di kawasan tersebut. Material batu kapur berserakan di jalan disebabkan hujan deras yang mengguyur wilayah Kecamatan Kuta Selatan, Badung, pada Kamis (10/4) malam.
Camat Kuta Selatan Ketut Gede Arta, menjelaskan air deras dari dataran yang lebih tinggi mengalir ke bawah membawa batu kapur, sehingga memenuhi badan jalan. “Memang hal ini bukan kejadian yang sekali dua kali, tetapi berulang kali, ini sedang dicarikan solusi oleh Dinas PUPR solusinya,” ujarnya Jumat siang.
Kepala Bidang Bina Marga Dinas PUPR Badung I Gusti Ngurah Made Suardika, mengatakan proses pembersihan material batu kapur yang menutupi bada jalan sudah dimulai sejak Jumat (11/4) pagi. Pihaknya mengerahkan satu unit alat berat untuk mempercepat proses pembersihan material yang menumpuk di badan jalan.
Suardika mengakui bahwa permasalahan ini belum bisa ditangani secara permanen karena belum adanya saluran air di sepanjang jalan tersebut. Selama belum ada saluran air, lanjut dia, pihaknya akan rutin melakukan pembersihan setiap kali ada hujan deras. Hal itu pun dikatakan sangat bergantung pada curah hujan. Kalau hujannya lebat seperti Kamis Malam, maka air akan meluber dan membawa serta batu kapur ke badan jalan.
Dia menambahkan bahwa titik yang tertutup material selalu sama setiap kali terjadi hujan deras. Hal ini terjadi karena tidak adanya jalur air yang jelas di kawasan tersebut. Selain ketiadaan saluran, kondisi jalan yang cekung atau memiliki elevasi rendah juga menjadi faktor penyebab utama.
“Jalanan yang cekung ini juga bisa mungkin, tetapi kalau ada upaya dengan mengatur jalan airnya, mengatur elevasi, memperbaiki elevasi jalan itu memungkinkan. Jadi permasalahannya itu bisa karena ada cekungan, dan tidak ada saluran bisa juga. Yang jelas karena curah hujan lebat juga menjadi faktornya,” jelasnya.
Untuk membuatan saluran air, lanjut Suardika, akan diusulkan pada 2026 dan akan dicek kembali waktu realisasinya. Dia juga menjelaskan alasan mengapa saluran air tidak dibangun bersamaan saat proyek jalan JLS dikerjakan beberapa waktu lalu. “Pembangunan jalan waktu itu menggunakan dana DAK, dan anggaran itu fokus pada pengerjaan mayor seperti pengaspalan. Sedangkan drainase dan trotoar termasuk dalam pekerjaan minor yang saat itu tidak bisa dibiayai seluruhnya dari DAK,” katanya sembari menambahkan pembersihan material batu kapur dilanjutkan dengan penyemprotan oleh Dinas Kebakaran dan Penyelamatan. 7 ol3