ARTICLE AD BOX
Konseptor Penjor, I Putu Bima Adi Sulaksana, menjelaskan bahwa tema ini menggambarkan konsep spiritual yang hidup di Desa Adat Kesiman, yakni dewa di-rajakan, rajakan di-dewakan. Tema tersebut diwujudkan melalui penggunaan warna dominan hitam dan emas.
“Emas melambangkan kemegahan dan kewibawaan, sedangkan hitam melambangkan kepemimpinan dan pertempuran. Keduanya adalah simbol kekuatan yang saling melengkapi,” ujarnya.
Bima mengatakan, anggaran awal untuk pembuatan Penjor sebesar Rp8 juta. Namun akibat kelangkaan bahan dan lonjakan harga, biaya akhirnya diperkirakan mencapai Rp10 juta hingga Rp15 juta.
“Tantangan utama dalam karya kali ini adalah detail gebogan dan teknik pewarnaan yang membutuhkan ketelitian tinggi, apalagi dengan harga bahan yang terus naik,” ungkapnya.
Meski menghadapi kendala teknis dan finansial, ST Candanila Widhayaka tetap berkomitmen menampilkan karya terbaik sebagai bentuk yadnya. “Kami berharap piodalan berjalan lancar dan khidmat. Semoga seni Penjor bisa terus lestari dan tidak kehilangan nilai sakralnya,” pungkas Bima. *m03