Penjor Bertema Penyeneng Dipersembahkan Banjar Dangin Tangluk saat Pengerebongan

18 hours ago 5
ARTICLE AD BOX
Konsep Penjor digarap oleh I Ketut Putra Ambara atau yang lebih dikenal sebagai Tut Petruk, Kepala Lingkungan Banjar Dangin Tangluk.

Meski tak lagi menjadi bagian dari STDP, Tut Petruk mengaku bersyukur masih dipercaya untuk terlibat dalam proses kreatif Penjor. "Astungkara, saya masih diberikan kesempatan oleh adik-adik ST untuk berkarya dalam Penjor Pengerebongan tahun ini," ujarnya, Sabtu (11/5).

Ia mengakui, tantangan utama dalam pembuatan Penjor kali ini bukan hanya pada kelangkaan dan kenaikan harga bahan, namun juga minimnya keterlibatan anggota ST. "Saya memahami generasi sekarang memiliki kesibukan masing-masing. Mungkin kekompakan seperti masa saya dulu agak berkurang, bisa jadi karena dampak pandemi Covid-19 dan situasi ekonomi," jelas alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Hindu Indonesia (UNHI) Denpasar.

Tahun ini, biaya pembuatan Penjor mencapai Rp13 juta, meningkat signifikan dari tahun-tahun sebelumnya yang berkisar Rp5 juta hingga Rp8 juta. "Kenaikan ini karena bahan-bahan sulit didapat dan harganya melonjak. Tapi kami ikhlas demi Yadnya untuk pura dan penguatan kreativitas," katanya.

Penjor dikerjakan di rumah Tut Petruk hingga 80 persen, sebelum dipindahkan ke banjar untuk tahap penyelesaian akhir. Tema Penyeneng yang diusung merujuk pada sarana prosesi penurunan pemangku di pura, bagian dari rangkaian upacara Pengerebongan yang sakral.

Untuk pewarnaan, tim menggunakan teknik celup tradisional, berbeda dari tren penggunaan cat yang kini banyak dijumpai. Penjor ini menghabiskan empat gabung ental sebagai bahan utama.

Tut Petruk berharap kreativitas dalam pembuatan Penjor tetap berada dalam koridor tradisi. "Saya harap pakem Penjor tetap dijaga meskipun ini juga dinilai dalam lomba. Dan masyarakat memahami bahwa Penjor Pengerebongan yang berjajar di kawasan pura adalah Penjor Yadnya, bukan sekadar Penjor hias," tegasnya. *m03

Read Entire Article